SOLO(Joglosemar): Perubahan pola produksi industri rokok dari tenaga manusia ke penggunaan tenaga mesin membuat pekerja rokok menjadi was-was. Mereka takut tidak mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran.
Ribawati, Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (FSP RTMM) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di sela-sela acara Rapat Kerja Nasional Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (FSP RTMM) di hotel Dana Solo, Selasa (19/2) mengatakan, saat ini industri rokok memilih menggunakan mesin untuk memproduksi rokok lintingan. “Mereka beralih ke penggunaan mesin karena lebih ekonomis dibandingkan penggunaan manusia,” katanya.
Sebagai gambaran, dengan menggunakan mesin bisa dihasilkan ribuan batang rokok hanya dalam hitungan per detik. Sementara tenaga manusia hanya mampu menghasilkan sekitar 2.500 batang rokok/hari.
Selain itu, tambah Ribawati, mengganti produksi dengan mesin, bagi sebagian pengusaha industri rokok juga akan menghindarkan konflik dengan karyawan. Tuntutan-tuntutan yang biasanya diserukan oleh karyawan, seperti soal upah, uang kesejahteraan dan lain-lain tidak ada.
Mesin juga bisa digunakan bebas dan sewaktu-waktu tanpa memikirkan uang lembur. Ini berbeda dengan tenaga manusia yang harus memperhitungkan uang lembur jika bekerja melebihi jam kerja. Maka tidak mengherankan jika lambat laun akan terjadi penggantian tenaga produksi.
Lebih jauh Ribawati mengatakan, masuknya mesin produksi rokok buatan China yang harganya murah menjadi ancaman yang serius bagi sebagian besar karyawan industri rokok. “Tetapi sekarang ini yang beralih menggunakan mesin masih perusahaan-perusahaan besar yang sebetulnya menyerap banyak tenaga kerja. Ini akan menjadi masalah yang besar karena industri rokok menyerap tenaga kerja yang besar,” kata Ribawati. (fjr)
Rabu, 19 Maret 2008
Pabrik Rokok Gunakan Mesin Pekerja Terancam Nganggur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
DERITA KAUM BURUH
Melambung nya harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan, membuat nasib buruh semakin kelimpungan. Gaji Rp.800.000-Rp.900.000 per bulan (rata-rata UMK Surabaya) hanya cukup untuk kebutuhan berbuka puasa dan makan sahur. Bayangkan bila buruh sudah berkeluarga dan memiliki anak, Untuk kebutuhan makan sehari-hari aja pas-pasan, belum lagi untuk kebutuhan anak, istri saat lebaran. Semua harga kebutuhan pokok naik hampir 50%, Betapa menderitanya nasib kaum buruh.
**********
Meminta kenaikan UMK pada saat-saat ini jelas suatu hal yang mustahil, berdemonstrasi, mogok kerja atau ngeluruk kantor dewan pasti hanya menimbulkan keributan tanpa hasil, atau bisa-bisa malah digebuki Satpol PP.
THR (Tunjangan Hari Raya) yang selama ini menjadi kado hiburan bagi buruh sengaja di kebiri pemerintah. UU No 14/1969 tentang pemberian THR telah di cabut oleh UU No 13/2003 yang tidak mengatur tentang pemberian THR. Undang-undang yang di buat sama sekali tidak memihak kepantingan kaum buruh. Atas dasar Undang-Undang inilah pengusaha selalu berkelit dalam pemberian THR.
Sedangkan UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, lebih memihak kepentingan investor asing dan Bank Dunia. Landasan formal seluruh aturan perundangan ini memperlemah posisi tawar buruh di bidang upah, kepastian kerja tetap, tunjangan dan hak normatif, hilangnya kesempatan kerja, partisipasi demokratis Dewan Pengupahan, dan konflik hubungan industrial. Pada prinsipnya Undang-Undang ini merupakan kepanjangan dari kapitalisme (pengusaha).
Selain masalah gaji rendah, pemberian THR, Undang-Undang yang tidak memihak kepentingan kaum buruh, derita kaum buruh seakan bertambah lengkap kala dihadapan pada standar keselamatan kerja yg buruk. Dari data pada tahun 2001 hingga 2008, di Indonesia rata-rata terjadi 50.000 kecalakaan kerja pertahun. Dari data itu, 440 kecelakaan kerja terjadi tiap hari nya, 7 buruh tewas tiap 24jam, dan 43 lainnya cacat. Standar keselamatan kerja di Indonesia paling buruk di kawasan Asia Tenggara.
Tidak heran jika ada yang menyebut, kaum buruh hanyalah korban dosa terstuktur dari dari kapitalisme global.
“kesejahteraan kaum buruh Indonesia hanyalah impian kosong belaka”
Posting Komentar